BogorOne.co.id | Jakarta – Apraksia adalah kondisi neurologis yang membuat seseorang merasa sulit atau juga tidak bisa melakukan gerakan motorik tertentu meskipun kondisi ototnya normal dan bentuknya yang lebih ringan dikenal sebagai dyspraxia.
Apraksia ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan salah satu bentuknya adalah apraksia orofasial. Orang dengan kondisi apraksia orofasial tidak dapat melakukan gerakan tertentu yang melibatkan otot wajah.
Misalnya saja, mereka tidak dapat menjilat bibir atau mengedipkan mata. Bentuk lain dari apraksia memengaruhi kemampuan seseorang untuk menggerakkan lengan dan kaki.
Sementara kondisi apraksia bicara yakni seseorang merasa kesulitan atau juga tidak bisa menggerakkan mulut dan lidahnya untuk berbicara.
Hal ini bisa terjadi, meskipun orang tersebut memiliki keinginan untuk berbicara dan otot mulut serta lidahnya secara fisik mampu membentuk kata-kata.
Ada dua jenis apraksia bicara yang harus diketahui atau dikenali yaitu jenis apraksia yang didapat dan apraksia bicara pada masa kanak-kanak.
Apraksia yang didapat terjadi pada orang dari segala usia dan biasanya ditemukan pada orang dewasa yang menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan berbicaranya.
Apraksia bicara masa kanak-kanak adalah gangguan bicara motorik dan kondisi seperti ini sudah ada sejak lahir dan mempengaruhi kemampuan anak untuk membentuk suara atau kata.
Anak-anak dengan apraksia bicara seringkali memiliki kemampuan yang jauh lebih besar untuk memahami pembicaraan daripada mengekspresikan diri dengan kata-kata yang diucapkan.
Sebagian besar gangguan bicara apraksia pada anak akan mengalami perbaikan yang signifikan, jika tidak sembuh total dengan penanganan yang tepat.
Ada berbagai gejala terkait bicara yang dapat dikaitkan dengan apraksia, misalnya saja kesulitan merangkai suku kata dalam urutan yang tepat untuk membuat kata atau ketidakmampuan untuk melakukannya.
Kesulitan mengucapkan kata-kata yang panjang atau rumit dan berulang kali untuk mengucapkan kata-kata atau ketidakkonsistenan ucapan.
Seperti dapat mengucapkan suatu bunyi atau kata dengan benar pada waktu tertentu tetapi tidak pada waktu lainnya.
Gangguan bicara apraksia pada anak jarang terjadi sendiri dan kondisi ini sering disertai dengan defisit bahasa atau kognitif yang lainnya seperti menghilangkan konsonan pada awal dan akhir kata.
Apraksia terjadi akibat kerusakan pada area otak yang mengontrol kemampuan berbicara dan kondisi yang dapat menyebabkan apraksia ini termasuk trauma pada kepala, stroke, atau tumor otak.
Sedangkan apraksia pada anak masih belum diketahui penyebabnya, beberapa ilmuwan percaya bahwa apraksia pada anak tersebut dihasilkan dari adanya masalah pensinyalan antara otak dan otot yang digunakan untuk berbicara.
Dalam beberapa kasus apraksia, kondisinya bisa sembuh secara spontan tapi ini tidak terjadi pada gangguan bicara apraksia pada anak yang tidak hilang tanpa pengobatan.
Sebagian besar anak dengan apraksia bicara mendapat manfaat dari bertemu satu lawan satu dengan ahli patologi wicara tiga sampai lima kali seminggu.
Mereka mungkin juga perlu bekerja sama dengan orang tua atau wali mereka untuk mempraktikkan keterampilan yang mereka kembangkan.(Ir-v)
Discussion about this post