BogorOne.co.id | Cimahi – Hembusan angin sejuk dan gemerisik dedaunan menyambut saat kaki melangkah memasuki kawasan Cireundeu, Cimahi.
Kampung yang mayoritas penduduknya menganut kepercayaan Sunda Wiwitan ini termasuk dalam salah satu desa terseram di Jawa Barat.
Nama desa tersebut adalah Kampung Adat Cireundeu, letaknya berada di Kelurahan Leuwigajah, Cimahi Selatan yang mayoritas masyarakatnya bertani ketela atau singkong.
Bagi masyarakat Cireundeu, singkong menjadi makanan pokok masyarakat sejak tahun 1918, tidak mengkonsumsi beras atau nasi sehingga mereka dapat hadiah berupa piagam dari pemerintah yang dikenal dengan kedaulatan bahan pangan
Kampung Cireundeu terkategori seram dan beraura mistis karena memiliki beberapa tempat keramat dan sakral bagi penduduk setempat serta bererapa larangan.
Tempat pertama adalah Puncak Salam yang terletak di daerah Hutan Larang atau biasa disebut oleh masyarakat sekitar dengan Leuweung Larangan.
Aturan untuk memasuki kawasan yang dianggap keramat itu hingga kini masih diterapkan, yakni tidak menggunakan alas kaki hingga tak mengenakan pakaian berwarna merah.
Hal itu dilakukan, karena masyarakat adat Cireundeu percaya bahwa manusia dan alam merupakan suatu kesatuan, agar manusia merasakan sentuhan alam.
Konon, pada zaman dahulu setiap penduduk yang ingin melewati hutan tersebut harus melaksanakan puasa secara total atau “mutih”.

Selain Puncak Salam, terdapat juga dua mata air yang disakralkan, yakni mata air Caringin dan mata air Nyi Mas Ende.
Konon, penduduk Kampung Cireundeu sangat menjaga kesucian dan kesakralan mata air tersebut yang telah diwariskan secara turun temurun.(Ir-v)
Discussion about this post