BogorOne.co.id | Kota Bogor – Rencana pembelian dua unit bus listrik akan tetap di wujudkan pada 2022 mendatang. Sebab Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), Syarifah Sofiah Dwikorawati sudah meminta Dinas Perhubungan (Dishub) memasukan anggaran pengadaan bus ke dalam KUA PPAS.
“Saya sudah minta (menggarkan) Dishub di KUA PPAS bertahap, walaupun harganya lebih mahal dari bus biasa. Sebab, tahun ini kan pembelian bus itu nggak jadi karena lan sudah didirop 75 bus dari BTS,” ujar Syarifah, Senin (09/08/21).
Syarifah menjelaskan, bahwa saat ini Pemkot Bogor masih mengujicoba bus listrik yang dipinjamkan oleh PT Bakrie Autopart selama sebulan kedepan.
“Untuk skala kota kalau misalnya kita ada kemampuan dari anggaran untuk bus listrik bagus. Karena kendaraan itu kan bus listrik prinsipnya mengurangi kebisingan. Dari sisi emisi juga bagus, ramah lingkungan,” ungkapnya.
Saat disinggung bila nantinya Pemkot Bogor jadi membeli bus tersebut apakah pengoperasiannya akan dikomersilkan. Syarifah mengaku bahwa hal itu harus ada persetujuan DPRD.
“Ya, belum tentu (dikomersilkan), kita masih ujicoba dulu yah. Mungkin digratiskan, yang pasti kalau dikomersilkan harus ada tarif. Jadi sementara belum ada ke arah sana. Pembeliannya pun belum karena harus dibahas dulu,” katanya.
Untuk pengisian bahan bakar, kata Sekda, pemerintah harus bekerjasama dengan PLN. “Kan itu pakai baterai, kekuatannya bisa digunakan sampai 200 km. Soal berapa biaya dan teknisnya nanti dicatat Dishub,” ungkapnya.
Lebih lanjut, sambung Syarifah, Pemkot Bogor berprinsip mengutamakan transportasi publik yang paling efisien dan optimal.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Eko mengatakan bahwa kajian bus listrik tersebut akan dilakukan oleh PT Bakrie Autopart, dan anggarannya akan segera dimasukan dalam KUA PPAS.
“Bus ini untuk sosialisasi kendaraan ramah lingkungan, sesuai visi misi Kota Bogor menjadi smart city dan green city. Jadi belum tentu untuk Transpakuan, bisa difungsikan seperti Unchal,” katanya.
Eko menjelaskan, untuk satu unit bus harganya mencapai Rp3,2 miliar, atau lebih mahal sedikit daripada bus manual ukuran 3/4 yang harganya mencapai Rp1 miliar lebih. “Tapi bus listrik lebih ramah lingkungan, dan ini adalah upaya untuk mengkampanyekan green city,” tandas Eko. (Fry)
Discussion about this post