BogorOne.co.id | Kota Bogor –Arkeolog dan budayawan yang tergabung dalam berbagai organisasi menolak Rencana pembangunan Bumi Ageung Batutulis oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor di kawasan Situs Batutulis.
Hal itu bukan tanpa alasan, tetapi mereka menilai kehadiran Bumi Ageung tidak mencerminkan khas kasundaan Padjadjaran. Tetapi mereka menilai design bangunan lebih mencerminkan gaya bangunan kerajaan Jawa Timur.
Arkeolog dari Universitas Indonesia, Prof. Agus Arus Munandar mengatakan, bahwa letak serta bentuk gerbang hingga keseluruhan bangunan untuk situs Batu Tulis seharusnya mencirikan nilai – nilai Kasundaan.
“Berdasarkan literasi, letak situs cenderung lurus berada di selatan. Gerbang nya di sebelah Utara, bukan membentang dari barat ke timur,” kata Prof. Agus belum lama ini.
Sementara budayawan muda Kota Bogor Putra Sungkawa menjelaskan design bangunan Bumi Ageung tidak mencerminkan adat dan kebudayaan Sunda atau ciri Kasundaan.
Sebab kata dia, jika melihat dari denah yang ditunjukkan, bangunan tampak seperti benteng pertahanan perang. “Padahal masyarakat sunda memiliki arsitektur rumah adat yang sarat dengan filosofi,” terang Putra.
Design bagunan yang rencana akan berdiri, lanjut Putra Sungkawa, seperti tempat rekreasi kekinian, padahal prasasti Batutulis merupakan tempat sakral.
Dia menegaskan, lokasi itu merupakan tempat Kabuyutan. Prasasti yang memiliki nilai luhur dalam sejarah. Jika dijadikan lokasi pentas seni, tentunya tidak semua kategori seni sesuai dengan nilai-nilai budaya yang luhung.
Sebaiknya kata Putra, kalau Bumi Ageung yang berarti rumah, desain layaknya Imah Adat Sunda saja. Tidak menggiring pembangunan ke ranah arsitektur kerajaan.
“Seharusnya design bangunan merujuk pada Imah Adat Sunda seperti Tagog Anjing, Parahu Kumureb, Badak Heuy, Buka Pongpok, Jolopong, Jubleg Nangkub atau Capit Gunting. Bukan bergaya kerajaan,” tegasnya.
Pemilihan design Imah Adat Sunda, selain menghadirkan nuasa Sundanya, sekaligus menjaga warisan sebuah peradaban arsitektur bangunan yang saat ini nyaris dilupakan masyarakat.
Masyarakan Kota Bogor memiliki warisan dari peradaban yang unggul dalam ilmu arsitektur. Hal itu menjadi bukti serta identitas bangsa, rekam jejak masa lalu, sumber pilosofi, menjadi tempat perhelatan acara adat.
Masih kata dia, dalam perencanakan pembangunan komplek Situs Batutulis, seyogyanya dilakukan musyawarah dengan melibatkan ahli arkeologi, sejarawan dan tokoh serta aktifis budaya se Bogor Raya.
“Agar semuanya dapat berjalan sesuai ketentuan dan kultur di mana Situs Batutulis itu adalah peninggalan sejarah Kerajaan Sunda,” ungkap mereka.
Menyikapi penolakan para budayawan serta pandangan arkeologi Prof Agus Aris Munandar, yang menilai pembangunan di kawasan Situs Batutulis tidak sesuai literasinya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor Ice Pujiati mengaku akan melaporkannya kepada pimpinan yakni, Wali Kota Bogor, Bima Arya. (Fry)
Discussion about this post